1. Lagu klasik Tradisional Mandar.
Pencipta syair dan lagunya tidak dikenal. Syairnya sebagai berikut :
Buraq Sendana
Tililio naung di Kaeli
Poleo naung koqbi-koqbiangaq kakaq-u
Dami nadiong masae mattoroq labuang
Jappoqmi dini
Pasangang passinding dadaq-u
Jappoq paqdisang
Tuo tulanna kawu-kawu
Na jappo-jappoq
Uai lolong di mataq-u
Konon lagu ini adalah lagu rindu sansai permaisuri seorang raja dari Mandar yang suaminya “tersangkut “di Kaeli, Sulawesi Tengah. Versi lain mengatakan nyanyian sedih ini dilagukan oleh Indara putri Puang Dikacci. (Puang Dikacci, adik kandung raja Sendana) lantaran rindu kepada pemuda Lamba Tokaeli yang sang Putri sama sekali tidak tahu bahwa Ilamba Tokaeli yang dicintainya adalah adiknya sendiri lain ibu (putri raja Kaeli).
Kisah yang mengharukan ini bermula ketika Puang Dikacci pergi jauh ke Kaeli meninggalkan isterinya yang membencinya karena isteri tercinta ternyata mangidang tau (ngidam orang) isteri membenci melihat suaminya, dan selalu ingin menggigitnya. Pergilah Puang Dikacci meninggalkan Sendana ke utara, dan tiba di negeri Kaeli, Sulawesi Tengah. Beberapa lama kemudian Puang Dikacci kawin dengan putri Raja Kaeli. Dari perkawinan ini lahirlah seorang Putra yang bernama Ilamba. Sebelum Puang Dikacci berangkat ke negeri Pasir, Kerajaan Kutai di Kalimantan berperang melawan musuh membantu pamannya yang menjadi Raja di Kutai waktu itu, ia berpesan kepada isterinya supaya suatu waktu anaknya , Ilamba pergi ke daerah Mandar mencari kerabat bapaknya di Kerajaan Sendana.
Duah puluh tahun kemudian, Ilamba pergi ke daerah Mandar meninggalkan negeri Kaeli tanah kelahirannya untuk mencari kerabat bapaknya. Tiba di Sendana dan menumpang sekalian dijadikan murid yang disayangi oleh Kadi Sendana. Ilamba adalah pemuda yang tampan dan baik budi pula. Semua orang menyayanginya. Dicintai dan mencintai Indara, kemanakan Raja Sendana.
Tragedipun terjadi ketika Ilamba mengetahui bahwa Indara ternyata adalah kakaknya sendiri. Indara, putri Puang Dikacci yang masih dalam kandungan ketika Puang Dikacci pergi ke Kaeli. Hati pilu tanpa diketahui oleh siapa pun, Ilamba kembali ke negeri ibunya kenegeri Kaeli. Sepeninggalnya, Indara jatuh sakit. Sakit lantaran lantaran cinta dan rindu kepada Ilamba Tokaeli. Dia tak tahu Ilamba adalah adiknya sendiri. Setelah dia mengetahui, hatinya amatlah sedih. Berjanji hanya mau kawin dengan orang yang direstui oleh Ilamba Tokaeli adiknya.
Memohon kepada pamannya, Raja Sendana kiranya Ilamba dipanggil kembali ke Sendana. Dalam penantian, menanti adiknya yang pernah sangat dicintainya, konon Indara menciptakan dan menyanyikan lagu Buraq Sendana Tililio Naung di Kaeli (Bunga Cendana Tetiuplah ke Kaeli).
Tentang lagu tersebut A. Muis Mandra mengatakan bahwa lagu Buraq Sendana yang asli hanya sesekali terdengar dinyanyikan oleh orang-orang tua di kampung-kampung pedalaman Mandar.
Lagu asli Buraq Sendana adalah perpaduan Lamentoso dengan Lento yang diungkapkan dengan irama sangat lembut, perlahan-lahan, dan sangat manis. Irama yang sering terdengar sekarang sudah jauh meninggalkan irama aslinya. Irama lagu Buraq Sendana sekarang sudah berirama gumarang/pop.
2. Judul kumpulan Puisi Mandar (11) oleh A. M. Mandra, naskah, sudah beredar dikalangan terbatas, 1984. Judul-judulnya : To Mandar, O Diadaq O Dibiasa, Pappasang, Pemanna, Eh Inggannana Narakkaq Laqlang, Ruppuq Lopi, Lolitang, Seqiya Daqa, I Tassondoq, Nasanga Taquita.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Ceritra Rakyat-Suku Mandar
dengan judul "Mengungkap Arti Bura’ Sendana". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://luyokita.blogspot.com/2013/12/mengungkap-arti-bura-sendana.html.