Oleh : Asmat Riady Lamallongeng
Tiada lagi sisa-sisa keletihanku dari kemarin
Tiada lagi aku seperti kemarin
Pun keluh kesah anak isteriku
Hilang dibenam hari-hari kerja
Telah kujalin hati bumi dengan hari-hari
Pendewasaan
Tiada lagi putus asa menguasai hati duka
Tiada lagi mimpiku hari esok yang kritis
Mata yang penuh harap memandangi
Pepohonan daun-daun pada gugur
Anginpun memukul bagai menggantungi
Pegunungan biru
Kuhalau kerja dini hari diatas hijaunya
Tanah garapan
Kini lewat sudah musim panen
Padi yang menguning
Keringat yang kucucurkan dulu, di sawah
Membongkar tanah
Hasil cukup berlimpah kubawa pulang
Sore-sore
Sebelum malam datang menelan senja
Senja yang memerah
Dan besok kumulai lagi kerja,
Kerja yang menanti
Begitulah kesibukanku hari ini
Demi tahun-tahun
Akan datang
Lalu pulangku membentuk wajah baru
Pada desa-desa yang sepi kubuat bangunan
Pada tanah-tanah yang kering
Kubuat persawahan
Kuciptakan bentuknya
Selaras dengan wajah kota
Dan besok kumulai lagi kerja,
Kerja yang menanti
Jln. Benteng 14
Dari: Majalah MIMBAR INDONESIA
Jakarta No. 9 September 1966.
Ditulis kembalai Oleh : Amin Baharussalam
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Asmat Riady Lamallongeng /
Puisi
dengan judul "Puisi - Kerja Yang Menanti - Asmat Riady Lamallongeng". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://luyokita.blogspot.com/2013/12/puisi-kerja-yang-menanti.html.